Friday, February 23, 2018

Baden-Powell Berkunjung Ke Kota Semarang



Baden-Powell Berkunjung Ke Kota Semarang 
Kunjungan Baden-Powell ke Stadion Semarang, sekarang menjadi Stadion Diponegoro 

 jl Kimangusarkoro


Berdasarkan catatan sejarah, Robert Stephenson Smyth Baden-Powell atau yang lebih dikenal dengan panggilan Baden-Powell dan sering pula disingkat B-P (baca: Bipi), meninggal dunia di Nyeri, Kenya, pada 8 Januari 1941. Dilahirkan di Inggirs pada 22 Februari 1857, B-P meninggal dunia menjelang usianya ke-84. Tetapi bagi para Pramuka atau Pandu di seluruh dunia, B-P tetap hidup.
B-P memang yang menggagas lahirnya gerakan pendidikan kepanduan. Suatu pelengkap bagi pendidikan informal di lingkungan keluarga dan masyarakat, serta pendidikan formal di sekolah-sekolah. Gerakan kepanduan memosisikan diri sebagai pendidikan nonformal, walaupun ada kecenderungan di sejumlah tempat -- termasuk di Indonesia saat ini -- menjadikannya bagian dari pendidikan formal di sekolah.
Gerakan kepanduan lahir dari keprihatinan B-P melihat kondisi anak-anak dan remaja di London dan sekitarnya. Pulang dari Mafeking, suatu wilayah yang kini menjadi bagian dari Afrika Selatan, B-P dianggap sebagai pahlawan karena berhasil mempertahankan wilayah tersebut selama 217 hari di paro pertama 1900 sebelum bala bantuan tentara kerajaan Inggris tiba. Padahal tadinya Mafeking telah dikepung musuh dari segenap penjuru, tapi B-P berhasil mengkordinir dan membangkitkan moral pasukannya untuk bertahan.
Sayangnya, sambutan dan ungkapan pahlawan kepada dirinya, tak membuat B-P senang seutuhnya. Ketika berjalan-jalan di sekitar London, dia melihat banyak anak dan remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja. Bahkan beberapa di antaranya sudah mengarah kepada tindak kriminalitas yang mencemaskan masyarakat di sana.
B-P menganalsis dan menemukan salah satu penyebabnya, tidak tersedianya kegiatan positif bagi anak-anak dan remaja itu. Di lain pihak, dia mengamati juga bahwa bukunya Aids to Scouting yang tadinya ditulis sebagai panduan bagi para calon prajurit di Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris, ternyata diminati secara luas, termasuk dibaca pula oleh anak-anak dan remaja.
Buku panduan bagi calon prajurit itu berisikan tata cara menjadi prajurit, bagaimana bertahan hidup di alam tebuka, bagaimana bisa mendeteksi keberadaan musuh tanpa ketahuan, mengenal tumbuhan yang bisa dimakan, dan sebagainya.
Maka timbul ide pada diri B-P untuk menulis ulang buku itu, sehingga lebih cocok bagi anak dan remaja. Agar lebih lengkap, B-P mengajak 20 anak dan remaja dari London untuk berkemah bersamanya di Pulau Brownsea, dekat London pada 1 Agustus 1907. Setelah beberapa hari berkemah dan kembali ke London, B-P mulai menulis ulang buku Aids to Scouting ditambah pengalamannya selama di Pulau Brownsea, agar lebih cocok bagi anak dan remaja.
Maka pada 1908, buku baru yang diberinya judul Scouting for Boys pertama kali terbit dibuat dalam bentuk buklet tipis dalam enam kali penerbitan. Buku itu segera menjadi best seller di mana-mana, dan dari situlah Scouting movement atau gerakan kepanduan lahir.
Bukan hanya di Inggris, gerakan kepanduan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Pada 1912, gerakan kepanduan masuk ke Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia-Belanda. Adalah seorang yang bernama Johannes P. Smits, pegawai jawatan meteorologi Hindia-Belanda, yang memulai mengumpulkan sejumlah anak-anak Belanda di Jakarta, yang dulu bernama Batavia.
B-P sendiri pernah datang ke Indonesia (Hindia-Belanda) dalam perjalanannya keliling dunia pada 1934. Bersama istri dan anak-anaknya, B-P mengunjungi Indonesia, setelah sebelumnya dari Malaysia dan Singapura. Setelah kapal laut yang ditumpanginya bersandar di dermaga Pelabuhan Tanjung Priok pada awal Desember 1934, B-P dan keluarganya selain ke Batavia, juga sempat mengunjungi Semarang dan Surabaya. Bahkan B-P singgah pula di Candi Borobudur.
Dari tanah Jawa, B-P melanjutkan perjalanan dengan kapal S.S. Marela menuju Australia. Dia menghadiri Jambore Nasional Australia yang diadakan di Bumi Perkemahan Frankston, pada akhir Desember 1934.
B-P terakhir kali berjumpa dengan puluhan ribu Pramuka atau Pandu dari seluruh dunia adalah ketika dilaksanakannya Jambore Kepanduan Sedunia 1937 di Vogelenzang, Belanda. Saat itu, pandu-pandu Hindia Belanda juga turut hadir. Bahkan kontingen Hindia-Belanda sempat memberikan hadiah berupa keris Majapahit kepada B-P.
Di usia tuanya, B-P mulai sakit-sakitan. Dia memilih pergi ke Kenya, karena dia sangat senang hidup di tengah alam terbuka. B-P memang mempunyai rumah di alam terbuka di kawasan Nyeri di negara Kenya. Di situlah dia menghabiskan hari-hari terakhirnya, sebelum menutup mata pada 8 Januari 1941.
Namun walau secara jasa B-P telah meninggal dunia, semangat dan warisannya tetap hidup. Gerakan kepanduan sedunia yang di masa hidupnya baru mempunyai anggota tak terlalu banyak, kini telah berkembang menjadi gerakan kaum muda terbanyak anggotanya di seluruh dunia. Tercatat ada hampir 50 juta anggota di 170 negara dan teritori. Indonesia boleh berbangga karena mempunyai anggota terbanyak, mencapai 20 juta lebih yang tersebar di 34 provinsi di Tanah Air.
Bahkan, visi World Organization of the Scout Movement (WOSM), sebagai organisasi gerakan kepanduan sedunia, adalah mencapai jumlah 100 juta anggota, dan para anggotanya dapat membantu menciptakan dunia yang lebih baik.
"Scouts, creating a better world", slogan WOSM diupayakan melalui berbagai kegiatan persaudaraan dan bakti masyarakat yang dilakukan tiap anggotanya. Lewat cara itu, nyatalah benar bahwa B-P memang tetap hidup.

Kunjungan ke Kota Semarang



Lord Baden Powell direncanakan sampai di Batavia 5 Desember 1934 (4 Desember 1934 ternyata kapalnya sudah merapat di Tanjung Priok), dilanjutkan ke Semarang 6 Desember 1934 dan Surabaya pada 7 Desember 1934.


Kunjungan Baden-Powell Ke Indonesia

Berita tentang kedatangan Lord Baden Powell di Batavia 4 Desember 1934 yang dimuat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië

Sejarah Baden-Powell Lengkap Ada di link berikut:

Sejarah Lengkap Baden Powell 
Julukan Baden-Powell
Biografi Lengkap Baden-Powell




No comments:

Post a Comment